Rabu, 21 September 2016

MENGAPA HARUS BERTAHAN DENGAN KATA:ALLAH?

MENGAPA HARUS BERTAHAN DENGAN KATA:ALLAH?


Oleh: Dr. Adian Husaini
Pada bagian sebelumnya telah dibahas sekilas persoalan nama Tuhan dalam agama Kristen. Kaum Kristen memang sudah beratus-ratus tahun lalu menggunakan kata ”Allah” di negeri-negeri Arab dan juga di wilayah Melayu-Indonesia. Tetapi, ada peraturan di Malaysia yang sejak tahun 1980-an sudah melarang kaum Kristen menggunakan kata Allah dan sejumlah istilah Islam lain. Selama itu sudah ada sejumlah tokoh Kristen yang protes tetapi tidak sampai membawa kasusnya ke pengadilan. Kasus ini semakin merebak dan menyedot perhatian masyarakat internasional, setelah kaum Katolik membawa kasus ini ke Pengadilan.
Ketersinggungan dalam soal penggunaan istilah dan simbol-simbol agama bukan hal baru di kalangan umat beragama. Kaum Muslim di Malaysia memandang, kata Allah sudah menjadi bagian yang sah dari istilah dan simbol agama Islam. Saya pernah mendengar cerita dari seorang tokoh Hindu, bahwa kaum Hindu Bali pernah memprotes kaum Kristen yang mendirikan lembaga Pendidikan dengan menggunakan nama Om Swastiastu. Begitu juga kaum Hindu berkeberatan dengan sebutan ”Sang Hyang Widhi Yesus”.
Bayangkan, bagaimana perasaan kaum Muslim, jika kaum Kristen di Indonesia dan Malaysia membangun gereja dengan nama ”Gereja At-Taqwa”, ”Gereja Muhammad”, ”Gereja Imam Syafii”, ”Gereja Hamba Allah” atau ”Gereja Nahdhatul-Ummah”? Atau, bagaimana jika ada orang Kristen membangun Gereja dengan simbol ”Allah” dalam tulisan Arab di atas atapnya? Bukankah dalam Bibel berbahasa Arab saat ini juga digunakan kata Allah, persis seperti dalam al-Quran? Meskipun secara juridis formal, masalah-masalah semacam ini belum diatur, tetapi ada masalah sensitivitas yang harus diperhatikan dalam hubungan antar umat beragama.
Berbeda dengan kaum Kristen yang sering mengakomodasi unsur-unsur budaya dan lokalitas dalam simbol dan ritual keagamaan, umat Islam memiliki tradisi penggunaan istilah yang ketat. Sulit dibayangkan, ada kaum Muslim di Indonesia atau di Malaysia akan mendirikan Masjid dengan nama ”Masjid Haleluya” atau ”Masjid Israel”. Kita tidak dapat membayangkan — bahkan untuk orang Islam yang mengaku liberal atau Pluralis sekalipun – akan membangun masjid dengan nama ”Masjid Hamba Yahweh”.
Lepas dari persoalan sensitivitas penggunaan istilah-istilah dan simbol-simbol keagamaan, soal penggonaan kata ”Allah”, ada perbedaan menarik antara di Malaysia dan di Indonesia. Berbeda dengan di Malaysia, di Indonesia gugatan penggunaan kata ”Allah” oleh kaum Kristen, justru muncul dari kalangan Kristen sendiri. Kontroversi soal penggunaan kata ”Allah” belakangan semakin merebak ke permukaan menyusul merebaknya kelompok-kelompok Kristen yang menolak penggunaan nama Allah dan menggantinya dengan Yahweh.
Tahun 1999, muncul kelompok Kristen yang menamakan dirinya Iman Taqwa Kepada Shirathal Mustaqim (ITKSM) yang melakukan kampanye agar kaum Kristen menghentikan penggunaan lafaz Allah. Kelompok ini kemudian mengganti nama menjadi Bet Yesua Hamasiah (BYH). Kelompok ini mengatakan: “Allah adalah nama Dewa Bangsa Arab yang mengairi bumi. Allah adalah nama Dewa yang disembah penduduk Mekah.’ Kelompok ini juga menerbitkan Bibel sendiri dengan nama Kitab Suci Torat dan Injil yang pada halaman dalamnya ditulis Kitab Suci 2000. Kitab Bibel versi BYH ini mengganti kata “Allah” menjadi “Eloim”, kata “TUHAN” diganti menjadi “YAHWE”; kata “Yesus” diganti dengan “Yesua”, dan “Yesus Kristus” diubah menjadi “Yesua Hamasiah”. Berikutnya, muncul lagi kelompok Kristen yang menamakan dirinya “Jaringan Gereja-gereja Pengagung Nama Yahweh” yang menerbitkan Bibel sendiri dengan nama “Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan ini”. Kelompok ini menegaskan, “Akhirnya nama “Allah” tidak dapat dipertahankan lagi.”
Kelompok BYH mengedarkan brosur berjudul ”Siapakah Yang Bernama Allah Itu?” yang isinya mengecam penggunaan kata Allah dalam Kristen. Mereka menyebut penggunaan kata ”Allah” dalam Kristen sebagai satu bentuk penghujatan kepada Tuhan. Kaum Kristen mereka seru dengan sungguh-sungguh untuk meninggalkan penggunaan kata ”Allah”:
”Stop! Stop! Stu-u-op! Jangan diteruskan hujatan Anda. Kalau Anda semula tidak tahu, pasti akan diampuni, tetapi sekarang melalui pembacaan traktat pelayanan ini, Anda menjadi tahu. Maka jangan diterus-teruskan! … Maka, janganlah terlibat di dalam penghujatan Dia. (Hentikan hujatan Anda sekarang juga).” (dikutip dari buku Herlianto, Siapakah yang Bernama Allah Itu?), hal. 4).
Gara-gara mencuatnya gugatan penggunaan kata ”Allah” oleh kaum Kristen, di Indonesia, banyak diterbitkan buku yang membahas tentang kontroversi penggunaan ”nama Allah” dalam Kristen, seperti buku: I.J. Satyabudi, Kontroversi Nama Allah, (Jakarta: Wacana Press, 2004); Bambang Noorsena, The History of Allah, (Yogya: PBMR Andi, 2005); Herlianto, Siapakah Yang Bernama Allah Itu? (Jakarta: BPK, 2005, cetakan ke-3), dan Pdt. A.H. Parhusip, Waspadalah terhadap Sekte Baru, Sekte Pengagung Yahweh, (2003); juga Herlianto, Gerakan Nama Suci, Nama Allah yang Dipermasalahkan, (Jakarta: BPK, 2009); Samin Sitohang, Siapakah Nama Sang Pencipta? Menjawab Kontroversi Sekutar Pemakaian Nama Allah dalam Alkitab, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2003).
Karena merebaknya kontroversi tentang nama Tuhan tersebut, dan juga tentang boleh tidaknya penggunaan kata ”Allah” dalam Bibel edisi bahasa Indonesia, Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) — sebagai lembaga resmi penerjemah Bibel edisi bahasa Indonesia – membuat penjelasan:
”el, elohim, aloah adalah nama pencipta alam semesta dalam bahasa Ibrani, bahasa asli Alkitab Perjanjian Lama. Dalam bahasa Arab, allah (bentuk ringkas dari al ilah) merupakan istilah yang seasal (cognate) dengan kata Ibrani el, elohim, aloah. Jauh sebelum kehadiran agama Islam, orang Arab yang beragama Kristen sudah menggunakan (baca: menyebut) allah ketika mereka berdoa kepada el, elohim, aloah. Bahkan tulisan-tulisan kristiani dalam bahasa Arab pada masa itu sudah menggunakan allah sebagai padan kata untuk el, elohim, aloah…. Dari dahulu sampai sekarang, orang Kristen di Mesir, Libanon, Iraq, Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura dan berbagai negara di Afrika yang dipengaruhi oleh bahasa Arab, terus menggunakan (baca: menyebut) kata allah – jika ditulis biasanya menggunakan huruf kapital ”Allah” untuk menyebut Pencipta Alam Semesta dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, baik dalam ibadah maupun dalam tulisan-tulisan. Dalam terjemahan-terjemahan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, kata ”Allah” sudah digunakan terus menerus sejak terbitan Injil Matius dalam bahasa Melayu yang pertama (terjemahan Albert Cornelis Ruyl, 1692), begitu juga dalam Alkitab Melayu yang kedua (terjemahan Hillebrandus Cornelius Klinkert, 1879 sampai saat ini.”
Penjelasan LAI, tertanggal 21 Januari 1999, ditandantangani oleh Sekretaris Umumnya, Supardan. Surat LAI ini dikutip dari buku Waspadalah terhadap Sekte Baru, Sekte Pengagung Yahweh, karya Pdt. A.H. Parhusip. Sekte Pengagung Yahweh yang disebut di sini memang membuat geram berbagai kalangan dalam Kristen, sampai-sampai Pdt. Parhusip menulis ungkapan yang sangat keras: ”Saya tahu kebusukan dan kejahatan Pengagung YAHWEH, yakni: Hanya untuk menghilangkan sebutan ”Allah” dari Alkitab, maka dibuatlah ’Kitab Suci’ yaitu Alkitab palsu yang di dalamnya sebutan ”Tuhan YAHWEH” (=Tuhan TUHAN) begitu mubazir. Bodoh! Untuk itulah saya serukan: Kalau mau bodoh, bodohlah; tetapi jangan terlalu bodohlah kawan!”
Meskipun LAI sudah mengeluarkan edaran resmi, para penggugat nama Allah dalam Kristen terus bermunculan. Mereka juga terus menerbitkan buku-buku, panflet, bahkan Bibel sendiri yang menggugat penggunaan kata Allah untuk nama Tuhan mereka. Sebuah buku yang berjudul “Allah” dalam Kekristenan, Apakah Salah, karya Rev. Yakub Sulistyo, S.Th., M.A., (2009), menguraikan kekeliruan kaum Kristen di Indonesia yang menggunakan nama Allah untuk memanggil Tuhan mereka. Buku ini menulis imbauan kaum Kristen Indonesia untuk tidak lagi menggunakan kata Allah:
“Kamus Theologia Kristen sendiri sudah sangat jelas menulis bahwa: Allah itu berasal dari Arab yang artinya Keberadaan Tertinggi dalam agama Islam, jadi kalau Anda sebagai orang Kristen atau Katolik (Nasrani) yang baik, Anda seharusnya menghormati iman orang lain (umat Islam), dengan tidak mencampur-adukkan dengan iman Nasrani, sehingga menjadi Sinkretisme… Sebagai umat Nashrani, carilah KESELAMATAN sesuai kitab sucinya sendiri dengan tidak takut menghadapi institusi duniawi seperti Sinode, Pimpinan gereja yang tidak memahami Firman Tuhan, merk Gereja dan lain-lain. Jangan takut dipecat demi kebenaran hakiki. Tuhan Yahweh di dalam Nama Yeshua HaMashiakh memberkati Anda.” (Yakub Sulistyo, “Allah” dalam Kekristenan, Apakah Salah, (2009), hal. 43. Buku ini tidak mencantumkan nama penerbit).
Bahkan, kaum Kristen penolak nama ”Allah” ini juga kemudian lagi-lagi menerbitkan Bibel versi mereka sendiri, yang membuang semua kata Allah di dalamnya. (Lihat: Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – Indonesian Literal Translation (ILT), terbitan Yayasan Lentera Bangsa, Jakarta, 2008). Sebagai contoh, pada Matius 4: 10, versi Kitab Suci ILT, tertulis: “Kemudian YESUS berkata kepadanya, “Enyahlah hai Satan! Sebab telah tertulis: Engkau harus menyembah YAHWEH, Elohimmu, dan kepada-Nya sajalah engkau harus beribadah.” Sedangkan dalam Alkitab versi LAI (2007) tertulis: “Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.” Contoh lain, dalam Alkitab ILT Kitab Ulangan 10:17, tertulis: “Sebab YAHWEH, Elohimmu, Dialah Elohim atas segala ilah dan Tuhan atas segala tuan, Elohim yang besar yang perkasa dan yang ditakuti, yang tidak memandang muka, juga tidak menerima suap.” Sedangkan dalam versi LAI (2007), ayat itu ditulis: “Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu atau pun menerima suap.”
Jika kaum Kristen di Indonesia merujuk kepada Bibel versi Arab, maka persoalan nama dan penyebutan Tuhan juga menjadi rumit sebab huruf Arab – sebagaimana huruf Ibrani tidak mengenal huruf kapital atau huruf kecil. Sebagai contoh, sebuah Bibel versi Arab-Inggris terbitan International Bible Society (1999), menulis Kitab Ulangan 10:17 sebagai berikut: “Li-anna al-rabba ilahukum huwa ilahu al-Aalihati wa rabbu al-arbaabi, al-ilahu al-‘adhiimu, al-jabbaaru al-mahiibu, al-ladziy laa yuhaabiy wajha ahadin, wa laa yastarsyiy. (Dalam sebuah Bibel bahasa Arab terbitan London tahun 1866, ayat itu ditulis sebagai berikut: Min ajli anna al-rabba ilaahukum huwa ilaahu al-Aalihati wa rabbu al-arbaabi ilaahun ‘adhiimun… ). Dalam teks bahasa Inggris (versi New International Version) ayat itu ditulis sebagai berikut: “For the LORD your God is God of gods and Lords of lords, the great God, mighty and awesome, who shows no partiality.”
Menyimak perdebatan seputar penggunaan nama Allah dalam Kristen, tampaknya, nama ”Allah” memang merupakan nama Tuhan yang sudah digunakan oleh kaum-kaum sebelum Islam, di kawasan Arab. Karena misteri penyebutan nama Tuhan dalam Perjanjian Lama (YHWH) tidak terpecahkan, maka kaum Kristen di Arab – tampaknya — juga menyesuaikan diri dengan tradisi di situ dalam menyebut Tuhan, yaitu dengan menggunakan kata Allah. Tetapi, kaum Kristen tetap memberikan catatan, bahwa kata “Allah” bukanlah sebuah nama diri, melainkan hanya sebutan untuk Tuhan di daerah Arab. Begitu juga dengan konsepnya, Allah adalah Tuhan Tritunggal.
Pandangan Kristen terhadap “Allah” semacam itu jelas berbeda dengan pandangan Islam terhadap Allah. Sebab, dalam Islam, Allah adalah nama Tuhan, dan konsepnya pun bukan Tritunggal, tetapi Allah yang SATU, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia. Dalam pandangan Islam, sesuai wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw, nama “Allah” inilah yang dipilih oleh Allah untuk memperkenalkan diri-Nya kepada manusia, melalui utusan-Nya yang terakhir, yakni Nabi Muhammad saw. Melalui Nabi Muhammad saw juga, dikabarkan bahwa Isa a.s. adalah seorang Nabi, dan bukan Tuhan atau anak Tuhan. Nabi Isa a.s. juga ditegaskan tidak mati di tiang salib untuk menebus dosa manusia.
Jadi, meskipun nama ”Allah” sudah digunakan oleh kaum musyrik Arab sebelum kedatangan Islam, tetapi al-Quran tetap menggunakan nama ini. Hanya saja, nama Allah yang digunakan oleh al-Quran sudah dibersihkan konsepnya dari unsur-unsur syirik, seperti dipahami oleh kaum Kristen dan kaum musyrik Arab. Dengan kata lain, nama Allah itu sudah di-Islam-kan konsepnya. Nama bisa saja sama, tetapi konsepnya berbeda. Dan satu-satunya jalan untuk memahami kemurnian lafaz dan makna Allah tersebut, haruslah dilakukan melalui pemahaman terhadap wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi terakhir, yakni Muhammad saw. Karena itu, menurut pandangan Islam, bisa dipahami, untuk mengenal Allah secara murni (tauhid), maka tidak bisa tidak harus mengakui kenabian Muhammad saw. Sebab, Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah terakhir, yang bertugas menjelaskan siapa Allah, nama dan sifat-sifat-Nya, dan cara untuk beribadah kepada-Nya.
Itu konsepsi Islam tentang nama Tuhan, yang memang berbeda dengan konsepsi Kristen tentang nama Tuhan. Dalam pandangan Islam, setelah diutusnya Nabi Muhammad saw kepada seluruh manusia, maka sebenarnya kaum Kristen mengakui dan mengimani kenabian Muhammad saw, sebagaimana dipesankan Nabi Isa a.s. (yang artinya): ”Dan ingatlah ketika Isa ibn Maryam berkata, wahai anak keturunan Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua, membenarkan apa yang telah ada pada kita, yaitu Taurat dan memberikan kabar gembira (akan datangnya) seorang Rasul yang bernama Ahmad.” (QS 61:6).
Jadi, dalam pandangan Islam, Isa a.s. adalah Nabi, utusan Allah, sebagaimana para nabi sebelumnya. Karena itulah, ketika kaum Kristen mengangkat Isa a.s. sebagai Tuhan, maka Allah murka (QS 19:88-91). Sebaliknya, bagi kaum Kristen, Yesus dipandang sebagai juru selamat, dan satu-satunya jalan keselamatan menuju Tuhan. Karena itu, semua manusia harus diusahakan untuk mengenal Yesus dan dibaptis.
Kaum Kristen juga memiliki pandangan yang berbeda dengan Islam tentang nama Tuhan. Sebagian mereka memandang, bahwa nama Tuhan diserahkan kepada budaya setempat. Maka, di Barat, kaum Kristen memanggil God atau Lord, di Arab lain lagi, dan di Indonesia juga berbeda. Konsepsi ini yang digugat sejumlah kelompok Kristen lain, seperti ”Jaringan Gereja Pengagung Nama Yahweh”, yang menyatakan, bahwa nama Tuhan sudah disebutkan dalam Bibel, yaitu Yahweh.

Demi Misi Kristen

Memang, pertanyaanya, mengapa kaum Kristen di wilayah Melayu-Indonesia menggunakan kata ”Allah” untuk menyebut nama Tuhan mereka? Padahal, Kristen yang datang ke Indonesia sesungguhnya berasal dari Barat, yang tidak mengenal kata Allah. Salah satu alasannya, seperti disebutkan oleh Samin Sitohang dalam bukunya, Siapakah Nama Sang Pencipta? Menjawab Kontroversi Sekitar Pemakaian Nama Allah dalam Alkitab, adalah “pertimbangan misiologis”. Jadi, karena penduduk di wilayah Melayu-Nusantara ini sudah terbiasa menyebut nama Tuhan dengan Allah, karena mayoritasnya Muslim, maka dipakailah kata Allah untuk menyebut Tuhan Kristen tersebut. Samin Sitohang menulis tentang hal ini:
“Jadi, jika Alkitab bahasa Indonesia menggunakan Allah untuk nama Sang Pencipta, itu berarti Roh Allah sedang menyiapkan umat-Nya yang berasal dari golongan lain untuk menerima Injil karena mereka tidak perlu harus membuang Allah untuk mendapatkan nama Sang Pencipta yang baru. Sebaliknya, jika Alkitab Indonesia memakai Elohim, nama ini akan sukar diterima. Memang secara teologis dan moral, nama itu tidak keberatan untuk dipakai. Tetapi dari sudut pandang misiologis, penggunaan nama itu akan menjadi sia-sia. Lebih jauh, jika Alkitab Indonesia menggunakan Elohim, maka dari sudut kesaksian Kristiani, nama itu akan merusak citra Injil. Sebab, semua orang sudah tahu bahwa nama Sang Pencipta bagi umat Kristen Indonesia adalah Allah, bahkan nama ini sudah dipakai umat Kristen di Arab zaman pra-Islam. Lalu jika berganti menjadi Elohim, orang luar akan berkata bahwa nama Allah umat Kristen tidak konsisten. Jika demikian halnya, bagaimana jadinya nilai Injil di mata orang asing, khususnya umat Islam? Mereka akan berkata, “Dahulu nama Allah kalian Allah, sekarang Elohim, dan besok siapa lagi? Bukankah hal ini akan menyesatkan pemikiran mereka dengan keyakinan bahwa ternyata tidak ada kepastian di dalam “agama” Kristen? Disamping itu, umat Kristen sendiri pun akan dan memang sudah banyak kebingungan atas sikap Kelompok Penggagas yang memaksakan penggunaan Elohim menggantikan Allah.” (Samin Sitohang, Siapakah Nama Sang Pencipta? Menjawab Kontroversi Sekutar Pemakaian Nama Allah dalam Alkitab, hal. 100-101).
Menurut Samin Sitohang, meskipun nama Allah digunakan oleh penganut agama yang berbeda, maka akan memiliki akibat yang berbeda. Jika kaum Kristen yang menggunakan nama Allah, maka roh Kristus sendiri yang datang, sesuai dengan 1 Korintus 8:5,6, tidak ada lagi allah selain Allah yang dikenal dalam Yesus Kristus. “Tetapi, jika orang bukan Kristen memanggil nama itu, tentu Ia tidak ada di situ, alias kosong. Jika demikian halnya, ketika orang bukan Kristen memanggil Allah, bukan mustahil justru roh antikristus akan datang menyusup, seolah-olah doa mereka dijawab oleh Sang Pencipta, padahal Ia tidak mendengar doa-doa mereka. Lalu bukan mustahil kesempatan itu dimanfaatkan oleh Iblis, karena Iblis pun bisa berpura-pura baik untuk menyamar sebagai malaikat terang (2 Kor. 11:13-15),” demikian tulis Samin Sitohang, seorang pendeta Gereja Metodis Injili dan dosen Institut Alkitab Tiranus.
Samin Sitohang juga berpendapat, bahwa “siapa pun nama yang diberikan oleh masyarakat budaya tertentu kepada Sang Pencipta, asalkan nama itu mencerminkan karakter-Nya sebagai Sang Pencipta, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Suci, dan Yang Mahabaik, dapat dipahami sebagai bagian dari rencana Sang Pencipta untuk meraih segala suku bangsa agar percaya kepada-Nya.”
Konsep Kristen tentang nama Tuhan ini sangat berbeda dengan Islam, yang mensyaratkan, nama Tuhan haruslah berdasarkan wahyu, bukan berdasarkan tradisi atau kesepakatan suatu masyarakat. Nama Tuhan dalam Islam adalah masalah penting dan mendasar. Dalam ajaran Islam, dikenal nama-nama Tuhan yang semuanya berasal dari wahyu, sehingga umat Islam seluruh dunia dan sepanjang zaman, memanggil nama Tuhan dengan ungkapan yang sama, sebagaimana diajarkan dalam al-Quran, seperti “Ya Allah”, “Ya-Rahman”, “Ya-Rahim”, “Ya Ghafur”, dan dengan nama-nama lain yang dikenal sebagai Asmaul Husna. Karena itu, nama Tuhan dalam Islam bukanlah hal yang spekulatif, tetapi merupakan satu kepastian berdasarkan wahyu.
Sebaliknya, nama YAHWEH yang diajukan oleh kelompok-kelompok Kristen penolak kata ”Allah”, juga tak kurang kontroversialnya. I.J. Satyabudi, seorang penulis Kristen, mengritik keras sejumlah kelompok Kristen yang mengklaim bahwa nama Tuhan orang Kristen adalah Yahweh. Ia menulis: ”Orang-orang Yahudi di seluruh dunia tertawa terbahak-bahak ketika menyaksikan orang-orang Kristen mengklaim dirinya lebih mengetahui cara pengucapan nama YHWH dibandingkan umat Yahudi.” (hal. 92).
Jadi, bagaimana seharusnya kaum Kristen memanggil Tuhan mereka. Jawabnya, seperti dikatakan Pendeta Parhusip:
”Lalu mungkin ada yang bertanya: Siapakah Pencipta itu dan bagaimanakah kalau kita mau memanggil Pencipta itu? Jawabnya: Terserah pada Anda! Mau panggil; Pencipta! Boleh! Mau panggil: Perkasa! Silahkan! Mau panggil: Debata! Boleh! Mau panggil: Allah! Boleh! Mau panggil: Elohim atau Theos atau God atau Lowalangi atau Tetemanis…! Silakan! Mau memanggil bagaimana saja boleh, asalkan tujuannya memanggil Sang Pencipta, yang menciptakan langit dan bumi… Ya, silakan menyebut dan memanggil Sang Pencipta itu menurut apa yang ditaruh oleh Pencipta itu di dalam hati Anda, di dalam hati kita masing-masing. Lihat Roma 2:14-15.”
Untuk kasus Malaysia, demi terciptanya kerukunan umat beragama, sebagai Muslim kita juga tentu boleh mengusulkan, agar kaum Kristen tidak lagi menggunakan kata ”Allah” untuk menyebut Tuhan mereka. Toh, memang tidak ada masalah bagi kaum Kristen untuk memanggil Tuhan dengan berbagai sebutan selain Allah. Jadi, mengapa harus bertahan dengan sebutan ”Allah”? [Depok, 23 Januari 2010/www.hidayatullah.com]
Penulis adalah Wakil Ketua Komisi Kerukunan Umat Beragama—Majelis Ulama Indonesia. Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini adalah hasil kerjasama Radio Dakta dan http://www.hidayatullah.com


Tinggalkan komentar

NAMA ORISINIL TUHAN BUKAN YAHWEH,TAPI ALLAH.


Muslim menjawab.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan dan/atau pernyataan-pernyataan teman-teman non-Muslim:
 
  • APAKAH BENAR ISLAM SIAP MENJAWAB SETIAP PERTANYAAN ?
  • Apakah Allah SWT tertulis di KItab2 sebelum quran? silakan berikan ayat2nya… makasih…
  • emang sudah dijelasin sich bahwa SWT itu TIDAK PERNAH diperkenalkan dalam KITAB2 SEBELUMNYA…
  • Islam NGOTOT bahwa quran adalah PENYEMPURNA Kitab2 sebelumnya.. tapi TIDAK SANGGUP Menunjukkan kesinambungan / benang merah tentang nama Allah SWT dan ajaran ttg Poligami dalam kitan2 tersebut.. atau ada yg MAMPU menunjukkannya di sini? no link, no copas, n no OOT/OON…. moggo
  • ada yg bisa jelaskan ttg SWT? no link, no copas, n no OOT…
dan pertanyaan-pertanyaan serta pernyataan-pernyataan yang senada.
Perhatian
Penggunaan ayat-ayat dalam PL dan PB, sebagai bukti-bukti dalil, dilakukan jika tidak bertentangan dengan Al Qur’an. Karena muslim meyakini bahwa hanya Al Qur’an yang tetap dijaga originalitasnya karena merupakan wahyu terakhir bagi nabiyullah yang terakhir hingga akhir jaman.
Ulasan
Bagian dari artikel ini adalah:
  1. “Allah” berbeda dari bahasa Ibrani “Yahweh”!
  2. Bagaimana bisa sebuah nama dimulai dengan “The” (Yang)? Padahal kata “Yahweh” sendiri artinya adalah “Yang Abadi” (“The Eternal”), “Sang Penguasa” (“The Lord)”, “Yang Disembah” (“The GOD”) yang berarti juga “As-Samad” dalam bahasa Arab. Itu adalah sebuah gelar sebutan atau panggilan!
  3. “Yahweh” bahkan bukan gelar pertama Tuhan dalam Alkitab!
  4. Lalu mengapa Alkitab berbahasa Arab menggunakan kata “Allah” dan “Yahweh” untuk Tuhan?
  5. Mengapa Yesus memilih untuk mengatakan “Eloi” (yang berbahasa Aram) kepada orang-orang yang berbicara bahasa Ibrani?
  6. Artikel ini menunjukkan dari sumber Ibrani bahwa Kejadian 1:1 mengatakan “Allah”. Ini terbukti dari sumber Ibrani dengan gambaran-gambaran bahwa Nama asli Suci Tuhan Yang Maha Kuasa memang “Allah”.
  7. Kata Ibrani “Allaah” adalah kata yang paling dekat dengan “Allah” dan itu berarti Allah.
“Allah” berbeda dari bahasa Ibrani “Yahweh”!
Satu hal yang banyak orang Yahudi dan Kristen yang berbahasa non-Ibrani sering melakukan kesalahan adalah tentang nama Tuhan Yang Maha Kuasa dalam Alkitab. “Yahweh” dalam bahasa Ibrani berarti “The Lord” (“SANG Penguasa”). atau “The Eternal” (YANG Abadi) atau “Yang Disembah” (“The GOD”). Dan gelar-gelar atau sebutan-sebutan ini bukanlah nama. Mari kita lihat kutipan berikut dari sumber-sumber Kristen dan Yahudi:
“Judaism teaches that while God’s name exists in written form, it is too holy to be pronounced.  The result has been that, over the last 2000 years, the correct pronunciation has been lost.”   (Mankind’s Search for GOD, p. 225).
“Yudaisme mengajarkan bahwa sementara nama Tuhan ada dalam bentuk tertulis, nama itu terlalu suci untuk diucapkan. Hasilnya adalah bahwa, selama 2000 tahun terakhir, pengucapan yang benar telah hilang” (Pencarian Manusia untuk Tuhan, hal 225).
Di sini kita jelas melihat bahwa pengucapan untuk nama asli Tuhan telah hilang, dan orang-orang Yahudi tidak tahu apa pengucapan yang tepat dari Kitab Suci dan sumber-sumber daya mereka.
“About 3,500 years ago, God spoke to Moses, saying: ‘Thus shall you speak to the Israelites: The LORD [Hebrew: YHWH], the God of your fathers, the God of Abraham, the God of Isaac, and the God of Jacob, has sent me to you: This shall be My name forever, this My appellation for all eternity.’   (Exodus 3:15; Psalm 135:13)”  (Mankind’s Search for GOD, p.225).
“Sekitar 3.500 tahun yang lalu, Tuhan berbicara kepada Musa, mengatakan: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN [bahasa Ibrani: YHWH], Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku untuk selamanya ‘. (Keluaran 3:15; Mazmur 135:13) “(Pencarian Manusia bagi Tuhan, p.225).
“….the four Hebrew consonants YHWH (Yahweh) that in their Latinized form have come to be known over the centuries in English as JEHOVAH.”   (Mankind’s Search for GOD, p.225).
“…. empat konsonan Ibrani YHWH (Yahweh) yang dalam bentuk Latinnya telah ada untuk diketahui selama berabad-abad dalam bahasa Inggris sebagai YEHUWA (JEHOVAH). “(Pencarian Manusia bagi ALLAH, p.225).
Jadi kata “YHWH” atau “Yahweh” atau “Yehuwa” (atau Jehovah dalam bahasa Inggris), BUKAN NAMA ASLI, namun gelar sebutan untuk Tuhan Yang Mahakuasa. Hal ini baik-baik saja, karena orang-orang Yahudi, Kristen dan Muslim memanggil kepada Tuhan sebagai “The Lord” atau “The God” (dalam bahasa Inggris), yang berarti “Yahweh” atau “Yehuwa” dalam bahasa Ibrani dan “Al-Rab” dalam bahasa Arab. “Al-Rab” dalam bahasa Arab dan “Yahweh” dalam bahasa Ibrani dan terjemahan-terjemahan lain dalam semua bahasa lain memanglah gelar sebutan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi kesemuanya itu BUKAN Nama asli-Nya!
Mari kita lihat Keluaran 3:15 and Mazmur 135:13 Al Kitab New International Version (NIV):
“God also said to Moses, “Say to the Israelites, `The LORD [Notice that they didn’t write Jehovah.  “The LORD” in only a title], the God of your fathers–the God of Abraham, the God of Isaac and the God of Jacob–has sent me to you.’ This is my name forever, the name by which I am to be remembered from generation to generation.  (Keluaran 3:15 New International Version)”
“Tuhan juga berfirman kepada Musa,” Katakanlah kepada orang Israel: TUHAN [Perhatikan bahwa mereka tidak menulis Yahweh atau Jehovah. “TUHAN” adalah sebutan (title)], Allah nenek moyangmu – Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub – telah mengutus aku kepadamu ‘. Ini adalah nama-Ku selamanya, nama yang mana Aku diingat dari generasi ke generasi. (Dari Alkitab NIV, Keluaran 3:15) ”
“Your name, O LORD, endures forever, your renown, O LORD, through all generations.  (Mazmur 135:13 New International Version)”
“Nama Engkau, ya TUHAN, bahwasanya untuk selamanya, terkenal Anda, ya TUHAN, di semua generasi.” (Dari Alkitab NIV, Mazmur 135:13)
Jadi seperti yang kita jelas lihat dari Ayat-ayat di atas dari Alkitab NIV, nama asli Tuhan bukanlah “Yahweh”. Gelar “The LORD” atau “The GOD” adalah sebuah gelar sebutan dan nama panggilan (jika Anda berkenan) yang kita katakan kepada Tuhan. Tapi “Yahweh” jelas BUKAN NAMA ASLI Tuhan.
“Allah” di sisi lain adalah sebuah nama. Ini adalah nama Tuhan. Di bawah ini, Anda akan melihat bukti-bukti yang cukup dari bahasa Aram bahwa nama Tuhan Yang Maha Kuasa adalah “Allah”.
“Tuhan” dalam bahasa Arab dan bahasa Aram adalah sama, dan itu adalah “Allah”.
Yesus saw berbicara dalam bahasa Aram selama pelayanannya.
“Allah” adalah Nama Tuhan, “Elaw” berarti “Tuhan” dalam bahasa Aram: Bagaimana mereka bisa sama?
Saya membuktikan dengan jelas dari Noble Quran bahwa “Allah” berarti Tuhan Yang Maha Agung dalam bahasa Arab.
Bagaimana bisa gelar sebutan yang dimulai dengan “Sang” atau “Yang” (atau “The” dalam bahasa Inggris) menjadi sebuah nama?
Selain bukti-bukti yang jernih di atas tentang Yahweh atau Yehuwa (Jehovah dalam bahasa Inggris) yang adalah merupakan gelar sebutan (Keluaran 3:15) bagi Tuhan, bukan Nama Tuhan, saya ingin mengemukakan pertanyaan sederhana, dan menguji akal sehat secara sederhana:
Bagaimana bisa gelar sebutan yang dimulai dengan “Sang” atau “Yang” (atau “The” dalam bahasa Inggris) menjadi sebuah nama?
Jika saya sebut anda “si jenius” (“dalam bahasa Inggris the genius”, atau contoh lainnya adalah “the man”, “the hero” dan sejenisnya), apakah hal itu akan benar-benar membuat nama Anda adalah “si jenius” (atau nama anda menjadi “the hero” atau “the man”)?
Seorang Kristen baru-baru ini mengatakan bahwa dalam bahasa Ibrani, Yahweh tidak hanya berarti “Sang Penguasa” (“The LORD” dalam bahasa Inggris) atau “Yang Disembah” (“The GOD” dalam bahasa Inggris), tetapi juga berarti “Yang Abadi” (“The Eternal” dalam bahasa Inggris) menurut Kamus Baru Alkitab. Itu semua sempurna bagi saya.
Yang Abadi, Yahweh atau Jehovah, berarti “As-Samad” dalam bahasa Arab. Allah SWT sendiri menyebut diri-Nya “Al-Samad” dalam Al Qur’an (QS. 112:2). Dan saya bersedia untuk memanggil Allah Yang Maha Kuasa mulai dari sekarang dengan sebutan “As-Samad” (Yahweh dalam bahasa Ibrani) dan bukan dengan “Allah SWT” (Nama Kudus-Nya) jika itu akan membuat orang Kristen memahami Islam dan menerimanya!
Seberapa sulit untuk memahami bahwa sebuah gelar sebutan yang dimulai dengan “Yang” atau “Sang” (atau “The” dalam bahasa Inggris) bukanlah sebuah nama! Apalagi menjadi nama asli!
Silahkan kunjungi: “Allah” adalah Nama ALLAH, “Elaw” berarti “TUHAN” dalam bahasa Aram: Bagaimana bisa sama? Saya buktikan dengan jelas dari Al Quran bahwa “Allah” berarti Tuhan Yang Maha Agung dalam bahasa Arab.
“Yahweh” bukanlah hal pertama yang Tuhan tunjukkan mengenai diri-Nya dalam Alkitab!
Beberapa orang Kristen masih bersikeras bahwa Nama asli Suci Tuhan adalah Yahweh. Mereka mengandalkan Keluaran 3:15 untuk membuktikan omong kosong ini. Saya sudah membuktikan dengan jelas di bagian atas bahwa “Yahweh” dalam Keluaran 3:15 itu hanya gelar atau sebutan dan bukan nama, dan Yahweh artinya adalah “Sang Penguasa” (“The LORD”), “Tuhan Yang Disembah” (“The GOD”) dan “Yang Abadi” (“The Eternal”), menurut Kamus Baru Alkitab.
Sekarang, mari kita asumsikan untuk pendapat yang kedua yakni yang mengatakan bahwa “Yahweh” adalah nama, yang benar-benar konyol, karena terjemahan bahasa Inggris dari kata “Yahweh” dimulai dengan “the”. Karenanya hal ini tetap tidak membuktikan bahwa nama asli Tuhan  adalah Yahweh! Keluaran 3:15 bahwa orang Kristen begitu angkuh untuk menggunakan apa-apa yang diturunkan kepada Nabi Musa saw. Jadi berapa tahun rentang waktu yang ada antara Adam dan Musa as? Mungkin ribuan! Jika tidak bahkan mungkin jutaan!
Jadi menurut logika Kristen, Tuhan Yang Maha Kuasa itu tidak memiliki nama dari zaman Adam sampai zaman Musa di mana Dia, Yang Mahakuasa, konon akhirnya menemukan diri-Nya dan identitas-Nya. Benar? Salah! Itu semua omong kosong!
Nama asli Kudus Allah Maha Kuasa adalah jelas “Allah” atau “Elaw”! Seperti saya katakan di atas, ketika Yesus saw diletakkan di atas kayu salib, dia berseru kepada Tuhan dan berkata “Eloi”, yang berasal dari kata “Elaw” atau “Allah”. Yesus tidak mengatakan “Yahwahoi”!
Oleh karena itu, setiap orang Kristen yang memutuskan untuk bertindak keras kepala dan menolak fakta yang jelas yang mengatakan bahwasanya Nama asli Suci Tuhan Yang Maha Kuasa memang “Allah”, karena takut bahwa hal itu justru akan membuktikan Islam sebagai agama Kebenaran, maka mereka bersalah karena telah berbuat dosa terhadap TUHAN Yang Mahakuasa dengan membedakan-bedakan antara “Yahweh” dan “Allah”.
Lalu mengapa Alkitab berbahasa Arab menggunakan kata-kata “Allah” dan “Yahweh” sebagai pengganti kata “Tuhan”?
Seorang Kristen mengangkat pertanyaan ini: Mengapa Alkitab berbahasa Arab tetap menggunakan kata  “Yahweh” untuk Tuhan, jika “Yahweh” bukanlah Nama asli Tuhan Yang Maha Kuasa?
Yang pertama-tama untuk diklarifikasi adalah, Alkitab bahasa Arab menggunakan dua kata yakni “Allah” dan “Yahweh“. Silahkan kunjungi artikel ini untuk melihat gambar dari Alkitab bahasa Arab yang menunjukkan penggunaan kata “Allah” bagi Tuhan. Juga penting untuk mengetahui bahwa “Yahweh” bukanlah bahasa Arab. Sama seperti “The Lord” juga bukanlah Arab Arab. Terjemahan tepat untuk “Yahweh” dalam Alkitab bahasa Arab harusnya adalah “As-Samad” untuk “Yang Abadi” (“The Eternal”), atau “Al-Rab” untuk “Sang Penguasa” (“The Lord”), tergantung pada kata yang mereka ingin pilih, karena Yahweh berarti keduanya (“As-Samad” dan “Al-Rab”).
Jadi jika mereka memasukkan kata “Yahweh” dalam Alkitab bahasa Arab maka hal tersebut adalah suatu perbuatan bodoh yang berkontradiksi pada Al Kitab itu sendiri, karena jika Anda memilih untuk memanggil Tuhan dengan gelar sebutan “Yahweh” dalam Al Kitab berbahasa Arab (dan hal tersebut merupakan pemaksaan penggunaan kata Ibrani ke dalam bahasa Arab), maka Anda tidak bisa menyebut-Nya dengan “Allah” pada saat yang sama dalam Al Kitab yang sama! Sebaliknya,  memanggil Tuhan dengan kata-kata “As-Samad” atau “Al-Rab” (dalam Al Kitab berbahasa Arab tersebut) sebagai gelar sebutan bagi Yahweh (jika Yahweh dianggap sebagai nama Tuhan) adalah hal yang berbeda dan dapat diterima karena tidak ada kontradiksi dalam hal ini. Kontradiksi terjadi saat digunakannya baik kata Yahweh dan Allah dalam satu Al Kitab yang sama, karena hal tersebut berarti ada dua Tuhan dengan nama yang berbeda!
Jadi tanggapan saya adalah: para teolog Arab, yang berperan dalam penulisan Al Kitab dalam bahasa Arab, membutuhkan pelajaran dasar dalam bahasa Arab dan Ibrani!
Tambahan dari saudara Yusuf; semoga Allah SWT selalu meridhainya:
“Edisi terbaru oleh International Bible Society dimulai dengan “fi al-Bid’i khalaqa al-samawati ALLAH wal-ardha” Kata normal untuk Tuhan, apalagi, adalah “Allah”., Dalam dialek Kristen Arab serta dalam dialek Yahudi.
“(Saudara Yusuf menceritakan seorang Kristen) Siapa bilang bukan kita?” Kamu katakan bahwa “Allah” bukanlah kata untuk Tuhan dalam Alkitab. Dimulai tepat pada awal dan terus berlanjut selama. Dan kemudian Anda pilih satu ayat, mengabaikan ayat-ayat lainnya Alkitab, PL serta PB. Ayat yang Anda kutip juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai Yahweh, bukan Tuhan; jadi apa maksud Anda? Kami berbicara tentang penunjukan normal untuk satu Tuhan Yang Benar?
Anda kembali mengabaikan fakta bahwa ini juga terjadi dalam dialek Kristen Arab dan Yahudi Arab. Hal ini juga terjadi dalam liturgi Kristen, seperti misalnya dalam liturgi Maronit. Apa lagi yang kau inginkan? Tuhan adalah Allah, Allah adalah Tuhan, dan Allah harus diterjemahkan, tidak hanya secara harfiah”.
Untuk lebih membuktikan poin saya, mari kita lihat Kejadian 2:4:
“This is the account of the heavens and the earth when they were created.  When the LORD God made the earth and the heavens-  (From the NIV Bible, Genesis 2:4)”
“Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit,” (Keluaran 2:4 Injil New International Version)
Sehingga Anda dapat melihat dengan jelas, “Yahweh” jelas sebuah gelar sebutan yang berarti “TUHAN” dan bukan Nama Tuhan.
Mengapa Yesus memilih untuk mengatakan “Eloi” bahasa Aram kepada orang-orang yang berbicara bahasa Ibrani?
Mengapa Yesus mengesampingkan bahasa Ibrani dan berbicara “Eloi” (bahasa Aram) meskipun fakta bahwa orang-orang di sekelilingnya adalah Yahudi yang berbicara bahasa Ibrani? Karena Yesus saw tahu bahwa Nama Suci Tuhan Yang Maha Kuasa adalah Allah, dan Eloi (Tuhanku atau my God) adalah berasal dari kata Allah (Elaw dalam bahasa Aram). Ibrani “Yahweh” (“The Lord” atau “The God”) adalah gelar Tuhan yang diwajibkan bagi orang Yahudi saja. Seperti ditunjukkan dalam bagian pertama dari artikel, orang-orang Yahudi karena ketidakmampuan mereka untuk mengucapkan Nama Suci Allah Yang Maha Kuasa dengan benar, diperintahkan oleh Tuhan untuk memanggil-Nya sebagai “The Lord” (“Sang Penguasa”):
“Yudaisme mengajarkan bahwa sementara nama Allah ada dalam bentuk tertulis, itu terlalu suci untuk diucapkan. Hasilnya adalah bahwa, selama 2000 tahun terakhir, pengucapan yang benar telah hilang..” (Pencarian Manusia untuk Allah, hal 225).
Di sini kita jelas melihat bahwa pengucapan untuk nama asli Tuhan telah hilang, dan orang-orang Yahudi tidak tahu apa pengucapan yang tepat dari Kitab Suci dan sumber-sumber lain milik mereka.
Tapi alasan mengapa Yesus memanggil Tuhan dengan sebutan-Nya dalam bahasa Aram, terlepas dari fakta bahwa setiap orang saat itu berbicara bahasa Ibrani dan Hukum Yahudi ditulis dalam bahasa Ibrani adalah karena Yesus ingin memanggil Tuhan dalam bentuk Tertinggi dan Paling Sempurna: Nama-Nya!
Menyebut Tuhan sebagai “The LORD” atau yang berarti “Yahweh” tentunya hanya tepat untuk orang-orang yang berbicara bahasa Ibrani, orang-orang Yahudi, tetapi tidak untuk bangsa-bangsa dan semua orang non-Yahudi dan generasi setelah itu.
Kata bahasa Ibrani “Allaah” adalah kata yang paling dekat dengan kata bahasa Arab “Allah” dan itu berarti Allah
Berikut ini diberikan kepada saya oleh Denis; semoga Allah SWT membimbing dia ke Islam.
Kata Ibrani yang paling dekat dengan bahasa Arab Allaah (alif-lam-lam-ha) akan menjadi kata Allah dalam bahasa Ibrani (Alef-vovnik-vovnik-heh), yang mana digunakan oleh Muslim yang berbicara dengan bahasa Ibrani, dan telah digunakan oleh Yahudi Arab. Sebagai contoh, kata Bismillaah adalah Bshem Allah dalam bahasa Ibrani. Itu adalah kata Ibrani yang memiliki kemungkinan paling dekat dengan kata Allah dalam bahasa Arab. Ini adalah kata yang persis sama, dan telah menjadi bagian dari bahasa Ibrani setidaknya selama 15 abad (meskipun saya mengakui itu hampir pasti diadopsi dari bahasa Arab).
Wallahu ‘alam (and Allah knows best!)
sumber :ISLAM SIAP MENJAWAB PERTANYAAN ANDA

DALIL-DALIL PENGHUJAT ISLAM MENUDUH ALLAH DEWA BULAN.


Pihak penghujat islam kerap menuduh Allah swt sebagai dewa bulan.mereka ber teori bahwa Allah yang di perkenalkan nabi Muhammad adalah dewa bulan bangsa arab.berikut bahsan nya:

PERAN DR ROBERT MOREY.

Doktor inilah yang gencar menuduh Allah sebagai dewa bulan.morey berkata bahwa:Umat Islam menyembah dewa bulan.Dr. Robert Morey menyatakan bahwa Allah adalah nama dari Dewa Bulan yang disembah di Arab sebelum Islam.berikut profil dr morey di wikipedia
Ternyata penghujat islam ini seorang pendeta.maka itu,segala tulisan nya tentang islam perlu di krtisi tingkat tinggi segala objektifitas nya.banyak penulis-penulis muslim telah menelanjangi kekonyolan cara berfikirnya bahwa Allah=dewa bulan.Robert Morey telah menulis beberapa buku mengutuk Islam . Dalam The Invasion Islam, ia menantang klaim Islam bahwa Allah adalah Tuhan yang sama seperti yang dari Kristen Alkitab .Salah satu pernyataan lebih dikenal dan paling kontroversial Morey dibuat tentang Islam adalah bahwa Tuhan dalam Islam adalah asal “dewa bulan” Hubal , dewa disembah di Ka’bah di Arab pra-Islam “. [12] Morey berpendapat bahwa nama yang sama Allah Islam, Arab Allah , adalah julukan yang Hubal di pra-Islam Mekah. Ia juga mengutip sebuah penggalian era 1950-an arkeologi di Hazor , Israel , dalam apa yang kuno Galilea , di mana patung laki-laki dipenggal digali yang beberapa arkeolog berpikir mungkin Hubal. Morley mengklaim bahwa ini memberikan bulan yang menyembah ada di Arabia Dia berpendapat bahwa Muhammad diadaptasi untuk menciptakan Allah, sehingga seharusnya menjelaskan penggunaan citra bulan sabit dalam Islam.. ini ” Allah sebagai dewa bulan “Teori telah banyak berulang, diadaptasi dan dikritik. [13]
Titk sentral pembahasan morrey adalah menggugat nama Allah.
Dr Robert Morey (menulis):
Muslim menyembah tuhan dengan nama Allah. Mereka juga memberikan sembilan puluh sembilan nama-nama lain. Pertanyaan yang secara alami muncul adalah siapa atau apa ini Allah? Mana Muslim berasal ide-ide mereka sudah sifat Allah dan atribut?
Berikut dalil-dalil lemah mereka dalam rangka menuduh Allah=dewa bulan.

DALIL PERTAMA:MASALAH NAMA QAMARUDDIN,SYAMSYUDDIN SEBELUM ISLAM,DST.

Dr. Robert Morey menyatakan bahwa Allah adalah nama dari Dewa Bulan yang disembah di Arab sebelum Islam. Hal ini ia kuatkan dengan pernyataan bahwa:
Nama Allah sudah dikenal masyarakat Arab sebelum kenabian Muhammad. Adanya nama-nama seperti Qomaruddin, Syamsuddin. Kepercayaan Jahiliyah (Pra-Islam), agama Astral. Berhala yang ada di Ka’bah. Simbol bulan sabit.
Tentu dengan mudah kita katakan pak doktor ini sangat mengada-ada.dengan mudah kita katakan bahwa ini adalah teori kosong belaka.
Pembaca dari kalangan Muslim mungkin akan tertawa ketika dikatakan bahwa nama-nama Cak Qomar dan Cak Udin luga kang Najam dijadikan bukti adanya penyembahan terhadap dewa bulan. Menurut Dr. Robert Morey:
Agama Penyembah Bulan disebut Komaruddin, berasal dari kata Komarun (Bulan) dan Dinun (Agama). [2] Begitu juga dengan nama Syamsuddin dan Najmuddin, keduanya diterjemahkan dengan cara yang sama.
Komarun berarti bulan dan dinun berarti agama maka arti dari nama tersebut adalah “bulannya agama”, maksudnya seorang yang dengan agamanya berkiprah di masyarakatnya seperti bulan yang bersinar terang benderang, membawa nama baik agamanya. Begitu syamsuddin, di harapkan oleh orang tuanya agar lebih bersinar seperti matahari yang selalu memberi manfaat kepada manusia. Nama-nama muslim yang dinisbatkan kepada dien (agama) memiliki makna senada, seperti saifuddin (pedang agama), adalah harapan orang tuanya agar anaknya mampu membela agamanya ibarat sebuah pedang yang siap dipakai kapan saja.
Sedang “penyembah bulan” kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Arab adalah ‘abid al-Qomar. Begitu juga dengan dua nama lainnya. Masyarakat Arab pada masa pra-Islam seringkali menamakan budaknya dengan nama-nama yang dapat menyenangkan hati mereka seperti nama Qomar dan Syams, diharapkan agar budaknya dapat menerangi mereka seperti namanya. Sedang untuk mereka sendiri, mereka memakai nama­-nama yang menyeramkan, untuk menakuti musuh-musuhnya, seperti Kilab (anjing-anjing), Asad (singa), Namir dan Fahd (harimau). Pada masa Rasulullah nama-nama jahiliyah banyak dinisbatkan langsung pada Allah, seperti Saifullah (pedang Allah), Asadullah (Singa Allah) dan lain sebagainya
ASAL MULA PENISBATAN NAMA DENGAN AD-DIN.
Pada masa selanjutnya ketika perbudakan sudah terhapuskan, dan para mantan budak yang membentuk komunitas tersendiri, tampil dalam pemerintahan. Mereka dikenal sebagai kaum Mawali (orang-orang yang meminta perlindungan). Untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat yang sebelumnya adalah tuan-tuan mereka, maka mereka menisbatkan nama-nama, mereka kepada kata din (agama). Hal ini sejalan dengan perkembangan zaman yang tidak lagi menisbatkan nama-nama kepada tuan-tuannya, sebab zaman perbudakan sudah berakhir, dan semua mereka adalah sama dalam urusan agama. Maka kita melihat bahwa nama-nama seperti Qomaruddin dan Syamsuddin tidak pernah kita temukan pada masa jahiliyah, ataupun pada masa Rasulullah, nama-nama itu baru muncul kemudian pada saat mantan budak ikut memegang tampuk pemerintahan.
Pada masa sekarang nama-nama di atas tidak dipakai untuk menyenangkan tuan, tidak juga untuk legalitas kekuasaan. Nama-nama itu dipakai umat muslim dengan maksud yang berbeda, karena mereka hanya melihat arti dari nama-nama itu, yang diharapkan pemiliknya dapat menjadi seperti namanya.
Tentu segala kata-kata doktor morey walau betapa menggelikan,lemah dan lucu argument nya,akan di telan mentah-mentah oleh para penghujat islam.apalagi ada gelar doktor di muka namaya.

DALIL KEDUA:ADANYA KATA ALLAH SEBELUM DATANG NYA ISLAM.

Adanya kata Allah sebelum masa Islam, seperti yang dikatakan Robert Morey bahwa Ayah Rasulullah bernama Abdullah (hamba Allah), tidak sepantasnya dijadikan alasan bahwa Allah tersebut adalah dewa bulan.
Seperti diketahui bahwa El, Eloy, Allah, Yahweh, Ya Hua, Elohem, Allahumma; adalah kata-kata yang dipakai oleh masing-masing bangsa – saat itu – untuk menyebut Tuhan. Dan kata Allah adalah kata yang dipakai oleh bangsa Arab untuk menyebut Tuhan khususnya oleh para Ahnaf (masyarakat Arab yang mengikuti tradisi Ibrahim). Dan nama itu tidak termasuk dalam jajaran nama-nama berhala dan dewa­-dewa Arab. Permasalahannnya bukan hanya pada kata-kata itu saja, kemudian kita menilai paham suatu masyarakat. Tapi pada cara penyikapan kepada “Tuhan” yang disebut menurut bahasa mereka sendiri-sendiri. Bangsa Israel yang menggunakan kata Yahweh untuk merefleksikan pemahaman mereka tentang konsep “Tuhan” dibimbing oleh rasul dan nabi mereka untuk meluruskan pemahaman dan penyikapan terhadap Tuhan yang mereka sebut Yahweh.
Begitu juga masyarakat Arab yang pada masa jahiliyah memakai kata Allah untuk menyebut Tuhan dibimbing oleh Rasulullah Saw untuk menyikapi dan memahami apa yang mereka sebut Allah itu. Cara penyikapan inilah yang diajarkan oleh masing-masing rasul dan nabi kepada umatnya, yaitu meng-ESA-kan. Kalau ukurannya hanya pada tataran kata saja untuk menilai paham suatu umat, maka Yahudi dan Kristen juga pagan, karena nama “EL’ yang dipakai IsraEL adalah Tuhan dari bangsa Kan’an yang menurut mereka pagan.

DALIL KETIGA:KEPERCAYAAN ARAB JAHILIYYAH PADA BULAN DAN MATAHARI.

Menurut Dr. Morey: “Allah, dewa bulan, kawin dengan dewa matahari. Mereka berdua mempunyai tiga orang puteri yang disebut putri-putri Allah. Ketiga putri tersebut AI-Lata, AI­Uzza, dan Manat”. Untuk memperkuat anggapannya ia memanipulasi pernyataan Guilluame.
Bahwa masyarakat Arab pra-Islam memiliki kepercayaan terhadap bintang dan bulan juga matahari memang benar, hanya saja Dr. Morey berhenti sampai di sini untuk menyatakan bahwa yang disembah oleh umat Muslim adalah dewa bulan. Padahal kepercayaan yang semacam inilah yang diserang dengan keras oleh Rasulullah tanpa kompromi sedikitpun. Itulah sebabnya masa-masa tersebut dikatakan sebagai masa Jahiliyyah (zaman kebodohan). Terjemah ayat-ayat berikut ini akan menggambarkan bagaimana Rasulullah secara radikal menyerang kepercayaan masyarakatnya:

“ Maka apakah patut bagi kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al- Uzza, dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan; Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama­-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada­-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan rnereka. Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita­citakannya (Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.” (QS. An-Najm 19-25).

DALIL KEEMPAT:SIMBOL BULAN SABIT YANG SERING DI PAKAI MUSLIM.

Simbol bulan sabit yang sering dipakai umat muslim dianggap sebagai simbol penyembahan dewa bulan oleh Dr. Robert Morey. la menyatakan: “Simbol penyembahan dewa bulan dalam budaya Arab dan di tempat-tempat lain di seluruh timur tengah adalah bulan sabit”. Gambar bintang yang biasa berada ditengah bulan sabit tidak disebut, karena Amerika memakai simbol bintang.
Dr. Robert Morey dan para orientalis Barat menuduh dengan bertanya kenapa umat Islam memakai simbol bulan sabit untuk agama mereka? Atau kenapa bulan dipakai untuk menandai bulan baru? Mereka sengaja bertanya dengan logika yang salah dari sesuatu yang tersembunyi. Sejak umat Islam memakai bulan sabit sebagai simbol, maka dikatakan bahwa umat Islam menyembah “dewa bulan”. Ini tidak benar sebagaimana anggapan bahwa sejak umat Yahudi mengambil bintang David sebagai simbol, maka umat Yahudi menyembah bintang, berarti umat Kristen juga menyembah patung salib saat mereka memakai simbol tersebut, atau menyembah matahari saat menggunakan tanda silang dari sinar matahari. Islam tidak pernah mengajarkan untuk menyembah bulan, atau apa pun selain Allah. Dalam salahsatu firman-Nya disebutkan:

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. ” (QS. Fushshilat 37)

Ayat ini diperkuat dengan ayat lain, bahwa bulan bukanlah object penyembahan.

“Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalarn siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” (QS. Luqman 29).

Jika Allah adalah “dewa bulan” seperti yang dituduhkan oleh Dr. Morey, apa mungkin “dewa bulan” menciptakan bulan untuk dipakai oleh manusia? Dengan bukti di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa umat Islam hanya menyembah `Allah” saja, dan bukan menyembah dewa bulan. Kepercayaan terhadap kekuatan benda-benda angkasa yang pernah berkembangan di Mesir, Babilonia, serta Asiria, mungkin saja mempengaruhi Jazirah Arab, sebab secara geografis letaknya tidaklah berjauhan; Hanya saja pada masa Rasulullah kepercayaan tersebut diluruskan dengan menempatkan benda-benda tersebut pada tempat dan fungsinya masing-masing. Seperti bulan misalnya, seperti yang pernah ditanyakan oleh masyarakat Arab kepada Rasulullah, ditempatkan sebatas untuk menandakan pergantian waktu. Sebagaimana Firman Allah di Surat Al Baqarah 189:

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji”.

Dari riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.: Untuk apa diciptakan bulan sabit?” maka turun ayat tersebut yang memerintahkan Rasulullah untuk menjawab bahwa bulan adalah untuk menunjukkan waktu kepada manusia kapan mereka harus memakai pakaian ihram pada waktu haji dan kapan harus menanggalkannya, atau kapan mereka harus memulai puasa dan kapan harus mengakhirinya. Dari sini, dapat kita ketahui bahwa tidak ada kepentingan penyembahan kepada bulan, tetapi hanya sebagai Penunjuk pergantian waktu, seperti Haji clan Puasa. Pada masa Khalifah Umar umat Muslim membuat penanggalan berdasarkan hitungan bulan, yang dimulai sejak masa Hijrah.
Yang menarik untuk dicatat adalah bahwa umat Yahudi juga memakai Penanggalan Hijriah untuk menandai perayaan suci mereka. Penanggalan keagamaan Umat Yahudi, yang aslinya dari Babilonia, terdiri dari 12 bulan Qomariah/Hijriah, terhitung 354 hari. Dan penghitungan hari dimulai dari tenggelamnya matahari sampai tenggelam lagi.[3]
Maka bila dikatakan bahwa Islam menyembah “dewa bulan” dikarenakan memakai penanggalan yang berdasarkan bulan, maka apakah agama orang Yahudi yang juga memakai penanggalan berdasarkan bulan?Jika mengikuti jalan pikiran dan “logika” Dr. Robert Morey, maka umat Yahudi juga adalah “penyembah bulan”. Demikian juga bila umat Kristen memakai penanggalan yang berdasarkan perputaran matahari, apakah mereka juga menyembah matahari?
Mari kita simak keterangan berikut ini. Penanggalan yang pertama adalah penanggalan yang berdasarkan bulan. Kebudayaan kuno, seperti Siria, Babilonia, Egypt, dan Cina telah memakai penanggalan bulan, sebagaimana budaya Semit juga mengambil penanggalan bulan untuk menandai waktu mereka.
Setelah kita ketahui bahwa umat Yahudi dan Islam, dalam tradisi budaya Semit, sama-sama memakai penanggalan Qomariah untuk menandai bulan mereka. Maka kenapa umat Kristen memakai penanggalan yang berdasarkan matahari menggantikan penanggalan bulan. Hal ini berkaitan erat dengan rekayasa perayaan natal tanggal 25 Desember clan pengaruh pemikiran-pemikiran pagan yang berporos pada penyembahan dewa Re (dewa matahari) dalam Kristen

DALIL KELIMA:PENGGALIAN ARKEOLOGIS DI ARABIA DAN TIMUR TENGAH.

Morrey berkata:
Sejarawan, ahli bahasa, dan arkeolog telah menggali ke pertanyaan ini selama lebih dari satu abad. penggalian arkeologi Berbagai di Arabia dan di seluruh Timur Tengah telah menemukan jawabannya: Islam adalah versi modern dari agama kesuburan kuno dewa bulan. Setelah ini dipahami, kebangkitan dan sejarah Islam menjadi jelas.
Penaklukan Arab dimungkinkan karena kekuasaan pusat di Timur Tengah telah habis diri dalam perang melawan satu sama lain. Mereka tidak mampu melawan gelombang demi gelombang pasukan Arab yang takluk bangsa-bangsa seluruh dengan pembantaian tanpa ampun pemerkosaan, dan penjarahan.
Teman asal Islam telah ditelusuri kembali oleh para ahli untuk kesuburan agama kuno penyembahan dewa bulan yang selalu agama yang dominan di Arab. Dewa bulan disembah dengan berdoa terhadap Mekkah beberapa kali sehari, membuat ziarah tahunan ke Kabah yang merupakan kuil dewa bulan, berjalan mengelilingi Ka’bah tujuh kali, membelai idola dari batu hitam terletak di dinding Kabah, berjalan antara dua bukit, membuat korban binatang, mengumpulkan pada hari Jumat untuk salat, memberikan zakat kepada orang miskin, dll. Ini adalah ritual pagan dilakukan oleh orang Arab jauh sebelum Muhammad lahir.
Penulis(dr morey) tampaknya sangat baik untuk membuat Hamburger Tinggi tanpa Beef apapun! Dr Morey: Dimana “SAPI” dokumen? Sangat mudah untuk liar membuat tuduhan tanpa memberikan bukti dan kredibel.
Doktor morey tentu tak tahu ajaran islam yang sebenar nya adalah memerangi penyembahan terhadap benda-benda angkasa seperti bulan,bintang dan matahari.begitu jika otak manusia telah ingkar,teori-teori yang penuh khayalan tingkat tinggi akan mendominasi pikiran nya.
Apa hari ini praktek-praktek ritual agama pagan dewa bulan? Islam! Hal ini menjelaskan mengapa bulan sabit adalah simbol Islam. Hal ini ditempatkan di atas masjid dan menara dan ditampilkan pada topi,, karpet, jimat dan bahkan perhiasan bendera. Setiap kali Anda melihat simbol Muslim bulan sabit, Anda akan melihat simbol kuno dari dewa bulan.
Bulan Sabit pembawa awal bulan baru dan tahun baru. Selama periode Kekaisaran Islam, bulan sabit diadopsi sebagai lambang negara. Ini tidak ada hubungannya dengan keyakinan agama. Hari ini, Eagle adalah lambang negara yang populer di Amerika Serikat Apakah lambang yang mewakili keyakinan keagamaan dari warga USA?

KELICIKAN-KELICIKAN DOKTOR MORREY.

Yang agak memalukan adalah bahwa dalam membuktikan tuduhan-tuduhannya tersebut Pak Doktor ini banyak memanipulasi pernyataan dari penulis-penulis yang menjadi rujukannya. Sebagai Contoh:
Untuk menguatkan pendapatnya bahwa “dewa bulan dipanggil dengan berbagai nama, salah satunya adalah Allah’” ia merujuk pada halaman 7 dari Buku Guillame yang berjudul Islam. Tetapi sebenarnya Guillame mengatakan di halaman yang sama: “Di Arab Allah telah dikenal dari sumber umat Kristen dan Yahudi sebagai Tuhan yang Esa, dan tidak ada keraguan meslvpun dia telah dikenal oleh Pagan Arab di Mekkah sebagai yang Tertinggi.” [1]
Dr. Morey juga mengutip dari penulis non-Muslim Caesar Farah di hal 28. Tetapi pada saat dirujuk dalam buku tersebut didapati bahwa Dr. Morey hanya mengutip sebagian dan meninggalkan pokok bahasan dari buku tersebut. Buku tersebut sebenarnya menyatakan bahwa Tuhan yang dipanggil il oleh orang Babilon dan EI oleh orang Israel telah dipanggil ilah, al-ilah, dan Allah di Arab. Farah mengatakan lebih lanjut pada halaman 31 bahwa sebelum kedatngan Islam, orang pagan telah mempercayai bahwa Allah adalah dewa tertinggi. Dikarenakan mereka sudah mempunyai 360 berhala, tetapi Allah bukan salah satu dari 360 berhala tersebut. Sebagaimana Caesar Farah menyatakan di halaman 56, bahwa Nabi Muhammad saw, telah menghancurkan berhala-berhala tersebut.

ALLAH AL-QURAN DI MAKSUD KAN ADALAH ALLAH TUHAN SEMESTA ALAM,TUHAN IBRAHIM,MUSA DAN NABI-NABI LAIN,BUKAN DI MAKSUD KAN SEBAGAI DEWA BULAN.

Seperti Firman Allah:
۞ إِنَّآ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ كَمَآ أَوْحَيْنَآ إِلَىٰ نُوحٍۢ وَٱلنَّبِيِّۦنَ مِنۢ بَعْدِهِۦ ۚ وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَٰرُونَ وَسُلَيْمَٰنَ ۚ وَءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ زَبُورًۭا
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma`il, Ishak, Ya`qub dan anak cucunya, `Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
jadi,Allah yang di perkenal kan nabi muhammad adalah Allah semesta alam,pencipta langit dan bumi,bulan,bintang dan matahari,Tuhan nya adam,musa,harun,ibrahim,isa,dst.bukan di maksud sebagai dewa bulan.justru kepercayaan penyembahan kepada bulan,matahari dan bintang di serang islam sebagai kepercayaan yang batil.

GUGATAN DAN JAWABAN NYA:

GUGATAN
Bukti-bukti arkeologi mengungkapkan bahwa agama yang paling dominan di Arabia adalah agama yang melaksanakan tata cara ibadah pemujaan dewa bulan.
JAWAB:suatu hal logis bahwa sepeninggal nabi ismail sebagai pemimpin tauhid di jazirah arab,lalu ketika ismail wafat dan beberapa generasi tauhid wafat,lalu ada terjadi penyimpangan agama,maka objek penyimpangan mereka akan berbeda-beda.ada yang menyembah bulan,matahari,bintang,dst.pemujaan dewa bulan termasuk salah satu agama arab pra islam.salah satu penyimpangan itu adalah pemberian nama hubal pada berhala dewa bulan.
Berhala yang dianggap sebagai “Dewa Bulan” ini dibawa oleh ‘Amr bin Luhay dari Ma’arib (Moab) suatu daerah di Balqa’. Menurut kisah dari Ibnu Hisyam, ia berkata bahwa salah seorang dari orang berilmu berkata kepadaku bahwa orang yang pertama mendatangkan Berhala ke Makkah adalah ‘Amr bin Luhay.

Alkitab Perjanjian Lama justru secara konstan melarang penyembahan-penyembahan terhadap dewa bulan (lihat contoh ayat-ayat Alkitab yang berikut ini: Ulangan 4:19; Ulangan 17:3; Raja-Raja 21:3, 5; 2 Raja-Raja 23:5; Yeremia 8:2; Yeremia 19:13; Zefanya 1:5).
JAWAB:sudah sepatut nya kitab-kitab suci terdahulu mengarah kan hanya menyembah kepada Allah semata,bukan benda-benda angkasa seumpama bulan.dalam islam pun,jelas-jelas di larang menyembah bulan dan benda2 angkasa lain nya.

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. ” (QS. Fushshilat 37)

Pada waktu umat Israel jatuh dalam dosa penyembahan berhala biasanya yang merea lakukan adalah upacara ibadah/penyembahan kepada dewa bulan. Pada masa Perjanjian Lama, Nabonidus (555-539 sebelum Masehi), raja terakhir dari Babilonia, membangun Tayma, di Arabia, sebagai pusat penyembahan dewa bulan.
JAWAB:bulan di mana-mana menjadi objek penyembahan sesuatu yang tidak mengejut kan.contoh nya mesir menyembah dewa bulan bernama Amon.
Segall menyetakan, “agama penyembah benda-benda angkasa yang dianut masyarakat Arabia Selatan selalu didominasi oleh penyembahan kepada dewa bulan dengan berbagai variasinya”.
JAWAB:nah,memang nya kenapa?justru kepercayaan menyembah bulan itu yang di perangi oleh Rasulullah selama berdakwah di arabia.
Banyak ilmuwan juga mengamati bahwa nama dewa bulan, “Sin”, adalah bagian dari kata Arab seperti “Sinai”, “padang belantara Sin”, dan seterusnya.
Ketika kepopuleran dewa bulan mulai sirna di tempat-tempat lain, orang-orang Arab namun tetap mempertahankan keyakinan mereka bahwa dewa bulan adalah dewa yang terbesar di antara semua dewa.
JAWAB:penulis tentu harus memberi rujukan valid pada peryataan ini.sayang nya penulis menulis tampa rujukan nya atas peryataan di atas.justru ketika dewa bulan jadi dewa tertinggi di masyarakat arab,penyembahan terhadap bulan itu yang di perangi secara mati-matian oleh Rasulullah.
Ribuan prasasti yang tertulis pada tembok-tembok dan batu-batu karang di Arabia bagian utara juga berhasil dikumpulkan. Relief-relief (gambar-gambar timbul) dan mangkuk-mangkuk persembahan dalam pemujaan kepada “para puteri Allah” juga telah ditemukan. Ketiga puteri Allah yaitu Al-Lata, Al-Uzza, dan Manat kadang-kadang digambarkan bersama dengan Allah, dewa bulan, yang ditandai dengan sebuah gambar bulan sabit di atas gambar mereka.
JAWAB:pakah benar tulisan di atas?penulis mengatakan:Ketiga puteri Allah yaitu Al-Lata, Al-Uzza, dan Manat kadang-kadang digambarkan bersama dengan Allah, dewa bulan, yang ditandai dengan sebuah gambar bulan sabit di atas gambar mereka.
apakah benar prasasti itu mengukir nama Allah?jawaban nya mudah saja:ketika ismail dan para pelopor tauhid wafat,agama menyimpang,Tuhan yang benar dulu nya di jazirah arab adalah Allah Tuhan yang esa dan murni,yang di perkenal kan abraham dan ismail.ketika agama menyimpang,maka muncul dewa-dewa lain.nama Allah yang esa di simpang kan dengan tuduhan bahwa Allah kawin dengan dewa matahari lalu melahir kan 3 putri oleh kaum2 pendurhaka dan menyimpang.lalu terjadi penyimpangan selanjut nya dengan mengatakan bahwa Allah adalah dewa bulan.justru datang nya islam melurus kan anggapan itu.justru islam menolak mentah-mentah ajaran menyembah bulan.
• Bulan sabit digambarkan pada bendera-bendera negara Islam;
Orang-orang Arab pagan menyembah dewa bulan yang dinamakan Allah dengan cara sembahyang menghadap ke Mekkah beberapa kali sehari; mereka melakukan beribadah ziarah ke Mekkah; berlari-lari mengelilingi tempat pemujaan dewa bulan yang dinamakan Kaabah; mencium batu hitam; menyembelih hewan untuk dikorbankan kepada dewa bulan; melempari setan (roh-roh jahat) dengan batu; berpuasa pada bulan-bulan yang berawal dan berakhir dengan kemunculan bulan sabit; memberi sedekah kepada orang miskin; dan lain-lain.
JAWAB:semua tuduhan di atas adalah mengarang bebas setelah penuduh mendasar kan yang katanya penemuan arkeologis.maka tuduhan selanjut nya adalah Allah adalah dewa bulan yang berwujud di kakbah,dst dst.semua ritual ibadat muslim menyembah dewa bulan,demikian kata penghujat.
Pernyataan umat Muslim bahwa Allah adalah Tuhan Alkitabiah dan bahwa Islam adalah kelanjutan dari agama yang dianut oleh para nabi dan para rasul Alkitabiah adalah tidak benar menurut bukti-bukti arkeologi yang telah ditemukan. Islam tidak lain adalah kebangkitan kembali suatu tata cara ibadah keagamaan untuk menyembah dewa bulan jaman kuno. Islam bahkan telah mengadopsi symbol-simbol, ritus-ritus keagamaan, upacara-upacara keagamaan, dan nama tuhannya (maksudnya nama sesembahan umat Islam) dari agama pagan (kafir) kuni yang menyembah dewa bulan. Hal-hal seperti itu merupakan penyembahan terhadap berhala yang merupakan hal yang sangat terlarang bagi umat yang mengikuti ajaran Taurat dan Injil.
JAWAB:bukti-bukiti arkeologis yang di sajikan bukan berarti men sah kan bahwa Rasulullah membawa agama penyembahan dewa bulan.pada ayat di atas jelas,Allah dan bulan berbeda.Allah sebagai pencipa,dan bulan sebagai makhluk.jika arkelogi arab di temukan ritual2 menyembah bulan,tentu itu bentuk penyimpangan dari agama tauhid ibrahim dan ismail sebelum nya.

ISLAM MENOLAK PAHAM JAHILIYYAH YANG MENGATAKAN ALLAH PUNYA 3 PUTRI.

Doktor morey berkata: Allah, dewa bulan, kawin dengan dewa matahari. Mereka berdua mempunyai tiga orang puteri yang disebut putri-putri Allah. Ketiga putri tersebut AI-Lata, AI­Uzza, dan Manat”.
Justru keyakinan ini yang di tentang islam.
An-Najm:21
أَلَكُمُ ٱلذَّكَرُ وَلَهُ ٱلْأُنثَىٰ
Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?
An-Najm:27
إِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ لَيُسَمُّونَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ تَسْمِيَةَ ٱلْأُنثَىٰ
Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan.
وَجَعَلُوا۟ ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ ٱلَّذِينَ هُمْ عِبَٰدُ ٱلرَّحْمَٰنِ إِنَٰثًا ۚ أَشَهِدُوا۟ خَلْقَهُمْ ۚ سَتُكْتَبُ شَهَٰدَتُهُمْ وَيُسْـَٔلُونَ
Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaika-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban.
أَفَرَءَيْتُمُ ٱللَّٰتَ وَٱلْعُزَّىٰ
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap al Lata dan al Uzza,
An-Najm:20
وَمَنَوٰةَ ٱلثَّالِثَةَ ٱلْأُخْرَىٰٓ
dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? [1432]
Jelas,kedatangan islam buat melurus kan paham-paham menyimpang tentan Allah,yang dominan pada masyarakat arab jahiliyah.

ALLAH TAK BERANAK(DENGAN KAWIN) DAN DI PERANAK KAN.

Kedatangan islam benar2 mengikis kepercayaan tahayul arab jahiliyah.
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.

MUDAH SAJA MEMBANTAH SEMUA TEORI KOSONG ITU,ISLAM TAK MENGAJAR KAN MENYEMBAH BULAN.

semua yang di nyatakan penghujat islam di atas adalah teori kosong belaka,sekedar kreatifitas fikir yang liar.jika sesorang sudah tak suka islam,segala tafsiran-tafsiran liar di cari buat pembenaran teori nya.justru datang nya Allah,Rasulullah,quran dan islam,dalam rangka memerangi salah satu nya penyembahan kepada bulan.

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. ” (QS. Fushshilat 37)

“Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalarn siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” (QS. Luqman 29).

Jelas dalam ayat di atas,Allah sebagai pencipta dan bulan sebagai makhluk.jadi,islam datang memerangi segala penyembahan terhadap dewa bulan ini dan mengembalikan Allah sebagai mana mesti nya di jaman abraham dan ismail dulu,Allah yang maha esa,pencipta langit dan bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar